Jumat, 29 Juli 2011

KISAH NYATA UDIN DAN ANIS ( VERSI KAMBING ITEM )

TOKOH :
UDIN


file:///C:/Documents%20and%20Settings/Admin/My%20Documents/Downloads/udin.jpg




ANIS



SIMBOK :




Udin dan Anis bikin orang sekampung heran. Mereka ini sudah lama dikenal bersahabat. Meski masih muda, mereka bisa berbisnis sendiri di kampung halaman. Keduanya juga aktif di berbagai organisasi, di antaranya Generasi Anti-Mabok (mereka menyebut organisasi itu dengan singkatan pendek: Simbok). Sejatinya Simbok ini merupakan inisiatif dari Pak Demo, kepala kampung itu. Oleh karena itulah mereka menempatkan Pak Demo sebagai Ketua Dewan Pembina Simbok. Sementara Anis menjadi ketua umum, dan Udin sebagai bendahara umum.

    
Nah, yang bikin heran adalah perjalanan Udin dan Anis yang berbalik arah, mereka kini berseteru. Gara-garanya uang! Udin, sebagai bendahara umum Simbok,  memang ditugasi ikut berbagai proyek. Sebagian uang proyek masuk kas Simbok. Dasar Udin apes, keterlibatannya dalam proyek pembangunan Wisma Kampret diendus aparat hukum kampung itu. 


GAMBAR WISMA :

Udin diduga bermain suap. Ia pun lari ke luar kampung karena ia merasa harus menanggung sendiri perbuatan bersama di Wisma Kampret. Padahal teman-teman di Simbok ikut kecipratan uang dari Wisma Kampret. Termasuk Anis pun cuci tangan. 
    
Udin sakit hati. Dari luar kampung ia menyerang Anis dan Simbok. Akibatnya nama Simbok babak belur. Kata ahli, "Inilah senja kala Simbok". Tentu saja petinggi Simbok gerah dan kemudian memecat Udin. Kini, Udin seolah-olah tak terkait lagi dengan Simbok. Segala keburukkan Udin merupakan perbuatan pribadi, tak ada sangkut paut dengan Simbok. Bahkan pengurus Simbok tak mau tahu, mereka menyerahkan Udin kepada perangkat kampung. Di sini termasuk juga upaya menangkap Udin di luar kampung merupakan tugas perangkat kampung. Bukan lagi urusan Simbok.
    
Hati kecil Anis tak tega juga menelantarkan sobatnya. Apalagi karena Udin juga maka Anis bisa membeli empat motor mahal, bahkan Anis juga sudah bisa memperluas rumahnya. Ia pun menghadap kepada Pak Demo. Tetapi Pak Demo menegaskan, "Biarkan Udin sekarang ini ditangani oleh aparat kampung. Kalau Udin tidak juga tertangkap, kita bisa menyalahkan aparat kampung. Kita musti mencari kambing hitam."
    
Pak Demo memang jago mencari kambing hitam. Tentu saja kambing hitam sebagai metafor. Ya, kalau dilihat teorinya kambing hitam itu merupakan metafor yang bisa ditafsir kurang lebih "orang atau pihak yang dalam suatu peristiwa sebenarnya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan atau dijadikan tumpuan kesalahan". Tatkala memilih kambing hitam, hakikatnya sedang menuduh seseorang atau pihak lain itu sebagai biang kesalahan. Agar tidak mencolok mengalihkan kesalahan kepada kambing hitam itu, maka dipakailah berbagai dalih untuk menegaskan si kambing hitam itu benar-benar melakukan kesalahan.  
    
Dalam kajian  budaya dikenal "teori kambing hitam". Teori ini dikenalkan filsuf Rene Girard. Filsuf kekerasan itu memulai penjelasan teori kambing hitam dari hasrat mimesis. Kata Girard, orang menghasratkan sesuatu karena didasari antara lain orang juga menghasratkan hal tersebut. Misalnya, ketika orang lain berhasrat untuk hidup dari jabatannya sebagai pengurus Simbok, maka ada orang lain yang meniru untuk jadi aktivis Simbok.  
    
Celakanya, kian banyak orang yang "meniru" maka persaingan kian ketat saja. Dari sini timbullah rivalitas. Orang-orang yang ingin duduk sebagai pengurus Simbok, misalnya, tentu saja berbenturan dengan rivalitas, maka berbagai cara ditempuh untuk memenangi persaingan, entah menjegal atau dijegal dengan kekerasan atau mungkin pula menghantam atau dihantam lewat jurus fitnah. Satu sama lain saling serang sehingga  "aku" menenggelamkan "kita".
    
Rivalitas itu ada pada Simbok, sehingga penggagas Simbok -- dalam hal ini Pak Demo -- berupaya memulihkan diri. Cara yang lazim dilakukan adalah mengalihkan agresi rivalitas kepada "musuh bersama". Kemudian kekuatan agresi tadi digunakan untuk menyerang "musuh bersama" tersebut. Maka, kata Girard, semua orang lalu mengerahkan permusuhannya kepada kambing hitam yang dipilih mereka secara sewenang-wenang. 
    
Setelah "dipilih" kambing hitam, maka kesalahan pun beralih kepada si kambing hitam, bukan Udin bukan pula Anis. Dalam konteks perseteruan Udin dan Anis maka agresi internal dibuang keluar dan kemudian dialihkan ke kambing hitam. Oleh karena itulah kambing hitam ini punya posisi unik, ia tampak sebagai terkutuk tetapi sekaligus pembawa keselamatan!
    
Dalam kasus Udin-Anis itu Pak Demo memang senantiasa menjalankan politik kambing hitam. Misalnya, ketika Udin gencar melancarkan SMS atau BBM maka Pak Demo menempatkan koran kampung sebagai kambing hitam. Pak Demo menganggap SMS atau BBM Udin tidak layak untuk dijadikan berita, karena siapa tahu itu bukan dari Udin sebenarnya. Bisa saja ada "pihak ketiga" yang pura-pura jadi Udin. Lantas kader-kader Simbok ikut-ikutan menyalahkan wartawan. 
    
Tentu saja politik kambing hitam Pak Demo menuai kritik. "Ini saya sayangkan, seharusnya Pak Demo minta internal Simbok instrospeksi solidaritas. Meskipun, ada orang luar yang memanfaatkan situasi di balik gonjang ganjing Simbok," papar seorang pengamat. Pengamatan ini didasari atas pidato Pak Demo di hadapan para kader Simbok. "Saya berharap kader tidak panik, tidak kecut, dan tidak takut. (Pihak) yang gemar adu domba akan mendapatkan ganjarannya. Tapi para kader tidak boleh diam. Mari kita lakukan sesuatu," katanya. Begitulah cara Pak Demo mencari kambing hitam. Pak Demo ingin nama Simbok tidak tercemar atas ulah Udin, maka ia pun menyalahkan koran kampung yang berlebihan memberitakan Udin. Berikutnya, jika Udin tidak juga kembali ke kampung, maka giliran aparat kampung jadi kambing hitam.
    
        PAK DEMO :
Ah, Pak Demo untung bukan warga di negeri ini. Pak Demo hanya "politikus" di kampung itu. Entah kampung mana. Kita jangan bersusah payah mencari kampung itu, lebih baik kita berusah payah membenahi karut marut di negeri ini!


Wah2....Makin seru aja politikus kita mirip tikus2 yang suka grogotin sampah...
dasar tikus emang Rakus..

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Mengenai Saya

Blogroll

Hukum dan Keadilan

Hukum dan Keadilan
Hukum Rimba tetap Berlaku

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More